Menyelami Sejarah Lapandoso Luwu, Jejak Awal Masuknya Islam di Sulawesi Selatan
LUWU,INDEKSMEDIA.ID – Sejarah mencatat Tana Luwu adalah wilayah pertama di Sulawesi Selatan yang menerima ajaran Islam sebelum menyebar ke kerajaan-kerajaan lain, termasuk Gowa.
Salah satu titik bersejarah dalam perjalanan Islam di Luwu adalah Lapandoso, tempat pertama kali tiga mubaligh besar, Datuk Sulaiman, Datuk Ri Bandang, dan Datuk Ri Tiro, menginjakkan kaki di wilayah ini.
Menurut Maddika Bua, Andi Saifuddin Kaddiraja, sebelum tiba di Luwu, ketiga mubaligh ini lebih dulu menemui Somba ri Gowa, penguasa Kerajaan Gowa.
Namun, karena Somba ri Gowa saat itu masih berusia tujuh tahun, pertemuan dilakukan dengan Raja Tallo, yang menjadi Mangkubumi Kerajaan Gowa.
Saat tiga mubaligh ini menyampaikan tujuan mereka untuk menyebarkan Islam, Raja Tallo menjawab bahwa sebelum mereka menerima Islam, harus ada penguasa yang lebih tua yang menerimanya terlebih dahulu, yaitu Datu Luwu.
Dari Gowa, para mubaligh berlayar ke Luwu dan pertama kali menambatkan perahu mereka di Lapandoso, yang berasal dari kata pandoso, berarti tempat menambatkan perahu.
Mereka berlayar menggunakan perahu bernama Kimara. Kedatangan mereka pertama kali diketahui seorang nelayan bernama Latiwajo, yang kemudian melaporkan hal tersebut kepada Maddika Bua, seorang pemimpin lokal bernama Tandipau.
Maddika Bua kemudian menemui ketiga mubaligh ini di daerah Pabarassang. Dalam pertemuan itu, terjadi dialog panjang mengenai ajaran Islam.
Maddika Bua mempertanyakan apakah ajaran Islam akan merusak budaya Luwu. Para mubaligh menjelaskan bahwa Islam justru akan memperkuat budaya dan nilai-nilai luhur masyarakat Luwu.
Setelah diskusi yang mendalam, Maddika Bua bersama perangkatnya akhirnya mengucapkan dua kalimat syahadat, menandakan bahwa mereka telah menerima Islam.
Enam bulan setelah peristiwa di Lapandoso, Maddika Bua mengantarkan ketiga mubaligh ini menuju pusat Kedatuan Luwu yang saat itu berada di Malangke.
Di sana, terjadi dialog panjang antara ketiga mubaligh dengan Datu Luwu ke-15, La Pattiware. Setelah diskusi yang mendalam, La Pattiware akhirnya juga menerima Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.
Menurut Andi Saifuddin Kaddiraja, Maddika Bua yang lebih dahulu masuk Islam sebelum Datu Luwu, tetapi karena dalam adat istiadat Luwu tidak boleh ada yang mendahului Datu Luwu dalam keputusan besar, maka peristiwa ini tidak boleh diceritakan secara terbuka. Hal inilah yang melahirkan gelar Tandipau, yang berarti tidak boleh dibilang-bilang.
Setelah Datu Luwu masuk Islam, dua mubaligh lainnya, Datuk Ri Bandang dan Datuk Ri Tiro, kembali ke Gowa untuk menyebarkan Islam.
Mereka juga membawa kabar bahwa Datu Luwu telah memeluk Islam. Sejarah ini menunjukkan Luwu adalah kerajaan pertama yang menerima Islam di Sulawesi Selatan, sebelum Gowa.
Namun, karena Gowa memiliki kekuatan besar, maka Gowa-lah yang kemudian menyebarkan Islam ke seluruh wilayah Sulawesi Selatan.
Meskipun Lapandoso merupakan situs sejarah penting dalam penyebaran Islam di Sulawesi Selatan, tempat ini saat ini kurang mendapat perhatian dari pemerintah daerah. Andi Saifuddin Kaddiraja menyayangkan kondisi situs tersebut yang tampak terbengkalai.
“Ini sejarah nasional yang luar biasa, tapi mengapa pemerintah daerah tidak mengangkat sejarah ini? Jika dibiarkan terus, bukan tidak mungkin simbol di Lapandoso akan hilang,” ungkapnya.
Beberapa tahun lalu, masyarakat dan kelompok pemerhati sejarah sempat melakukan berbagai upaya untuk menjaga dan mengingat sejarah ini, seperti mengadakan napak tilas dari Lapandoso ke Assalang, makam Tandipau, orang pertama yang menerima Islam di Luwu.
Andi Saifuddin berharap agar Pemerintah Kabupaten Luwu lebih memperhatikan situs-situs sejarah ini, baik melalui pemeliharaan maupun dengan mengadakan kegiatan budaya dan edukasi.
Hal ini penting agar generasi muda tetap mengenal dan memahami peran Luwu dalam sejarah penyebaran Islam di Sulawesi Selatan.
“Seharusnya ada perhatian lebih, baik dari segi pelestarian maupun edukasi, agar sejarah ini tidak hilang dan generasi muda bisa mengetahui bagaimana Islam masuk ke tanah Luwu,” pungkasnya. (ciput)
Tinggalkan Balasan