Atlet Luwu Gagal Tanding di O2SN, Pemda Malah Gelar Turnamen Domino Rp300 Juta

Gie

LUWU, INDEKSMEDIA.ID – Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) merupakan ajang bergengsi yang mempertemukan para pelajar terbaik dari seluruh Indonesia dalam berbagai cabang olahraga, termasuk pencak silat.

Ajang ini bukan hanya sekadar kompetisi, melainkan wadah pembinaan karakter, sportivitas, dan prestasi siswa melalui olahraga.

Namun, di Kabupaten Luwu, mimpi itu seakan hanya milik daerah lain. Rifki (14), siswa asal Desa Pattedong, Kecamatan Ponrang Selatan, harus mengubur mimpinya untuk berlaga di O2SN 2025 karena tidak adanya dukungan dari pemerintah daerah.

Rifki yang telah berlatih pencak silat sejak empat tahun lalu, sebelumnya sangat berharap dapat tampil di O2SN. Ia telah mempersiapkan diri dengan serius, termasuk menghafal jurus tunggal – salah satu kategori dalam lomba pencak silat.

“Ingin belajar bela diri supaya tubuh kuat dan sehat. Harapan saya besar bisa tampil di O2SN karena kejuaraan ini sangat bergengsi,” ujarnya kepada wartawan, Sabtu (5/7/2025).

Sayangnya, informasi resmi terkait seleksi O2SN tidak pernah diterima dari Dinas Pendidikan Kabupaten Luwu. Padahal, secara nasional, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Balai Pengembangan Talenta Indonesia (BPTI) telah menerbitkan petunjuk teknis (juknis) lengkap dengan jadwal dan alur seleksi.

Juknis tersebut biasanya diteruskan ke Dinas Pendidikan kabupaten/kota untuk diterapkan melalui Surat Keputusan (SK), dan diumumkan secara resmi. Di Luwu, proses ini tidak berjalan sebagaimana mestinya.

“Harapanku, semoga tahun depan Luwu bisa ikut O2SN, bukan cuma OSN saja,” tambah Rifki, yang telah mengukir sejumlah prestasi di kejuaraan seperti Unismuh Cup di Makassar dan beberapa turnamen daerah di Luwu.

Pelatih silat senior di Kabupaten Luwu, Raizatul Husna, turut menyesalkan kondisi ini. Ia menyebut, sejak pandemi Covid-19 dan diberlakukannya sistem pendaftaran online, seleksi O2SN tak lagi diselenggarakan di Luwu.

“Padahal banyak bibit atlet dari tingkat SD, SMP, hingga SMA yang potensial. Sayang mereka tidak diberi kesempatan hanya karena tidak adanya dukungan dan alur seleksi yang tidak jalan,” ujar Raizatul.

Ironi Atlet Tak Didukung, Turnamen Domino Digelontorkan Rp300 Juta

Lebih menyakitkan, ketidakpedulian ini semakin mencolok bila disandingkan dengan fakta bahwa di waktu yang nyaris bersamaan, Pemda Luwu justru menyelenggarakan Open Tournament Domino Menpora RI Cup dengan total hadiah mencapai Rp300 juta.

Turnamen yang digelar pada 5–6 Juli 2025 di Tribun Lapangan Andi Djemma Belopa ini didukung penuh oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga, Pemerintah Kabupaten Luwu, dan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Luwu. Even ini bahkan dihadiri tokoh-tokoh besar dan difasilitasi penuh dengan biaya pendaftaran Rp200.000 per pasangan.

Hadiah tertinggi untuk kategori reguler mencapai Rp60 juta, sementara peserta eksekutif mendapat hadiah hingga Rp7 juta. Panitia juga menyediakan penghargaan untuk peserta tertua dan terjauh.

Minimnya Anggaran Pendidikan dan Pembinaan Atlet Muda

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Luwu, Andi Palanggi, ketika dikonfirmasi, membenarkan bahwa tidak ada anggaran yang disiapkan untuk mendukung kegiatan O2SN.

“Tidak ada,” ujarnya singkat saat ditemui wartawan, Kamis (3/7). Ia pun enggan memberikan keterangan lebih lanjut.

Hal ini memunculkan pertanyaan besar dari masyarakat “Mengapa pemerintah daerah mampu menganggarkan ratusan juta untuk kegiatan hiburan seperti domino, namun tidak menyediakan dukungan sepeser pun untuk atlet pelajar yang membawa nama daerah?”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini

Maaf Untuk Copy Berita Silahkan Hubungi Redaksi Kami!