Urutan Kedua di Sulsel, Polisi Ungkap Belasan Kasus Kekerasan Seksual di Luwu
LUWU, INDEKSMEDIA.ID – Sepanjang tahun 2025, Polres Luwu menangani sebanyak 16 kasus kekerasan seksual. Data resmi yang dirilis Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Luwu menunjukkan bahwa kasus yang paling dominan adalah persetubuhan terhadap anak dengan 10 laporan, diikuti dua kasus pemerkosaan, satu kasus perbuatan cabul, serta tiga kasus membawa lari anak perempuan.
Menanggapi tingginya angka tersebut, Kasat Reskrim Polres Luwu, AKP Jody Dharma menyatakan keprihatinannya. Ia menegaskan bahwa jumlah kasus yang masuk tidak bisa dianggap sedikit dan menunjukkan situasi yang memprihatinkan.
“Jadi kekerasan seksual yang masuk di laporan Polres Luwu sudah lumayan banyak,” kata Kasat Reskrim Polres Luwu, AKP Jody Dharma, Selasa (27/5/2025).
Lebih lanjut, AKP Jody mengungkapkan bahwa secara keseluruhan, jumlah kasus kekerasan seksual yang ditangani Polres Luwu menempatkan wilayah ini di posisi kedua tertinggi di Sulawesi Selatan.
“Kita urutan nomor 2 setelah Polrestabes Makassar,” katanya.
Ia menegaskan bahwa posisi tersebut bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan, melainkan menjadi peringatan keras bagi semua pihak di Kabupaten Luwu.
“Ini bukan suatu prestasi jadi merupakan sebuah teguran juga terhadap Kabupaten Luwu,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, ia juga mempertanyakan mengapa kasus-kasus kekerasan seksual bisa begitu marak terjadi, terutama dengan melibatkan kelompok yang rentan menjadi korban, yaitu anak-anak dan perempuan.
“Kenapa bisa terjadi sampai seperti ini tindak pidana kekerasan seksual dengan melibatkan kelompok rentan yaitu anak dan perempuan sering terjadi di wilayah kita,” ujarnya.
Lebi jauh ia menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama adalah lemahnya kontrol dan pengawasan dari orang tua terhadap anak-anak, baik di rumah maupun saat bermain di luar.
“Jadi setelah kami dalami motif pada pelaku faktor-faktor yang menjadikan seperti itu yang pertama adalah kurangnya kontrol dari orang tua terhadap para anak-anak baik itu laki-laki maupun perempuan yang tinggal di rumah dan juga sedang bermain di luar,” jelasnya.
Selain itu, hasil pemeriksaan terhadap pelaku juga menunjukkan adanya keterkaitan antara perilaku menyimpang dengan latar belakang spiritual yang lemah.
“Yang kedua, para pelaku rata-rata umumnya rata-rata orang yang tidak dekat dengan Tuhan yaitu kurang religius jadi menyebabkan mereka bisa berperilaku menyimpang,” pungkasnya.





Tinggalkan Balasan