INDEKS MEDIA LUWU RAYA

Berita Luwu Raya Hari Ini

Pasien Puskesmas Tana Lili Diduga Jadi Korban Malpraktik, Begini Penjelasan Kapus

Tangan pasien (Adding), Foto; ist

Indeksmedia.id, Luwu Utara – Seorang pasien di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Tana Lili, Kabupaten Luwu Utara, diduga jadi korban malpraktik usai menjalani pemasangan infus. Kejadian ini dialami oleh Adding seorang pasien yang telah mengalami komplikasi, warga Dusun Ujung Tanah, Desa Bungadidi, Kecamatan Tana Lili.

Peristiwa ini terjadi saat seorang petugas medis yang diklaim telah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan memiliki pengalaman mencoba memasang jarum infus pada pasien tersebut. Namun, upaya pemasangan infus itu justru mengalami kegagalan hingga dua kali, menyebabkan pasien merasakan kesakitan yang semakin parah.

Sebelum memasukkan jarum infus, petugas tersebut tampak ragu dan sempat bertanya kepada rekannya yang lebih berpengalaman,
“Sudah benarkah pembuluh darah yang ini bu?” rekannyapun menjawab, “iya, yang itu,” ujar seorang saksi bernama Alman. Namun setelah dua kali percobaan, pemasangan infus tetap gagal, membuat pasien mengeluarkan nada tegas karena tak lagi mampu menahan rasa sakit pada tangannya.

Menanggapi hal tersebut Kepala Puskesmas Tana Lili, Lukman yang dikonfirmasi via Whatshaap menjelaskan bahwa  kejadian tersebut merupakan reaksi yang bisa terjadi dalam prosedur medis dan bukan bentuk kelalaian petugas.

Menurut penjelasannya, setelah pemasangan infus dilakukan, pasien langsung diberikan obat. Namun, seperti yang biasa terjadi, muncul sedikit rasa nyeri atau slebit yang menyebabkan infus harus dicabut untuk mencegah kemungkinan pembengkakan lebih lanjut. “Itu Pemasangan infus, habis dipasangi, terus dikasih obat. Biasanya slebit, kemudian dicabut karena takut bengkaknya parah,” jelasnya.

Ia juga menambahkan bahwa kondisi pasien saat ini sudah stabil dan direncanakan menjalani rawat jalan. “Kejadian seperti itu sifatnya temporer dan biasa terjadi dalam prosedur pemasangan infus. Bisa saja karena reaksi kimia dari infus atau obatnya yang tidak cocok, makanya perawat mencabutnya jika timbul reaksi seperti itu,” katanya.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa tindakan perawat sudah sesuai prosedur. “Jika kondisi pasien tidak baik, infus dicabut ulang. Tapi kalau sudah membaik, pasien tetap diberikan obat,” tambahnya.

Insiden ini menjadi catatan bagi tenaga medis untuk meningkatkan komunikasi dan kehati-hatian dalam menangani pasien guna menghindari kesalahpahaman di kemudian hari.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini